Bagaimana Mengatasi Akar Dosa Kesombongan?

 Pride
Pater Edward, mohon petunjuk keutamaan-keutamaan untuk mengatasi akar dosa kesombongan.

 

Seluruh kepustakaan dapat ditulis mengenai bagaimana mengatasi kesombongan. Kesombongan adalah ibu dari segala akar dosa. Ambil sembarang dosa dan kalian pada akhirnya akan dapat menelusuri akar-akarnya kembali ke kesombongan. Kebiasaan buruk ini muncul akibat hasrat kuat untuk melakukan segala sesuatu seturut cara kita.
Kesia-siaan terlalu menekankan pengakuan dari orang lain, sensualitas menekankan cinta pada kenikmatan, sedangkan kesombongan menjadikan diri sendiri sebagai pusat. Seorang yang sombong adalah pusat dari dunianya. Kesombongan dapat memanifestasikan diri dalam beribu cara. Salah satu contohnya adalah perfeksionisme, di mana orang dapat terpaku pada karyanya sendiri dan berbuat apa saja demi membuktikan diri. Orang-orang yang perfeksionis bekerja keras demi kemuliaannya sendiri, bukan demi kemuliaan Allah.
Kesombongan dapat juga menyatakan dirinya dalam suatu hasrat kuat untuk mengendalikan. Seorang yang sombong dapat ingin mengendalikan setiap aspek hidupnya, dan bahkan hidup orang-orang lain (termasuk anak-anaknya yang sudah dewasa). Seorang yang sombong suka menjadi orang yang terakhir berbicara. Sulit baginya untuk dengan hormat mendengarkan pandangan-pandangan orang lain.
Manifestasi lainnya adalah kecondongan berlebihan terhadap kemandirian dan individualisme. Hal ini umum dalam budaya yang menyanjung kemandirian. Tak jarang cinta akan kemandirian dan individualisme ini merupakan samaran dari cinta diri. Dalam lubuk hatinya, seorang yang sombong tidak sungguh peduli akan kebaikan bagi sesama. Ia tak menyebutnya sebagai cinta diri, tentu saja, melainkan “toleransi” atau “menghormati privasi orang lain”.
Kesombongan juga memanifestasikan diri dalam amarah dan kritik. Seorang yang sombong dapat menghakimi orang lain sebagai bodoh. Seorang yang sombong dapat mudah jengkel apabila ditentang oleh orang lain. Ia dapat berubah menjadi tidak jujur dan berdusta demi menutupi kesalahannya. Ia dapat memiliki ketidakmampuan untuk meminta ataupun menawarkan pengampunan. Seorang yang sombong tak hendak melayani orang lain, dapat menunjukkan ketaksabaran atau kekasaran terhadap orang lain. Cinta diri dari seorang yang sombong menghantarnya untuk terus menggerutu, memberontak melawan otoritas yang sah, memperlihatkan kekakuan. Acuh tak acuh terhadap kebutuhan atau perasaan orang lain bukan merupakan hal yang tak lazim. Seorang yang sombong dapat menjadi seorang manipulator ulung, mengendalikan pembicaraan (dan bahkan segenap bangsa) demi kepentingannya.  
Apakah penawar bagi kesombongan? Sebagai awal, seorang yang sombong perlu memupuk kerendahan hati yang mendalam. Ia perlu mengakui bahwa segala anugerah dalam hidupnya berasal dari Allah. Orang yang sombong harus menyadari ketiadaan dirinya; ia bukanlah apa-apa tanpa rahmat Allah. Orang yang sombong juga harus mengakui keberdosaannya, dan bahwa keberdosaan ini tak memperkenankan adanya bualan macam apapun.
Orang yang sombong perlu terus-menerus mengingatkan dirinya akan cinta dan belas kasih serta kesabaran yang telah Kristus tunjukkan kepadanya. Kristus wafat di salib bagi masing-masing kita. Jadi, seorang yang sombong perlu menyadari bahwa ia dipanggil untuk meneladani cinta dan belas kasih serta kesabaran Kristus terhadap sesama. Bagaimanapun, mereka juga dijadikan seturut gambar Allah dan layak dihormati.
Sebab kesombongan memanifestasikan diri dalam banyak bentuk, orang harus mengenali bagaimana kebiasaan buruk ini mewujudnyatakan diri dalam hidupnya, dan lalu mengupayakan kebajikan lawannya. Apabila ia sulit mendengarkan orang lain, ia harus mengupayakan kebiasaan membiarkan orang lain mengucapkan kata terakhir dalam percakapan. Apabila ia mudah marah, ia harus mengupayakan kesabaran, terlebih terhadap orang-orang yang sangat istimewa (isteri, rekan kerja, ipar, dll). Apabila seorang cenderung terobsesi dengan kepentingan-kepentingannya sendiri, ia perlu melibatkan diri dalam organisasi-organisasi amal kasih. Apapun manifestasi kesombongan, adalah perlu berupaya untuk memeranginya dengan segera. Kesombongan cenderung tumbuh semakin kokoh dengan bertambahnya usia, jadi tak ada waktu selain dari sekarang untuk berupaya memberantasnya. Rahmat Tuhan sertamu!

 

Damai Kristus, P Edward McIlmail, LC
* Father McIlmail is a theology instructor at Mater Ecclesiae College in Greenville, RI.

sumber : How can I overcome the root sin of pride?” by Father Edward McIlmail, LC; Copyright © 2010 Catholic Spiritual Direction